Lampiran C — Realitas Modern dari Peringatan Nabi tentang Riba

Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Akan datang suatu zaman pada umat manusia, tidak akan ada seorang pun yang tersisa kecuali akan memakan riba. Siapa saja yang tidak memakannya, maka ia akan terkena debunya.” (Abu Daud 3331)

Pernyataan kenabian ini dengan sempurna menggambarkan lanskap ekonomi modern kita, di mana riba (bunga) begitu mendarah daging dalam hampir setiap transaksi keuangan sehingga bahkan mereka yang menghindari keterlibatan langsung pun masih merasakan dampaknya. Di bawah ini adalah pandangan lebih dekat tentang bagaimana riba telah mengambil alih keuangan kontemporer, membuatnya hampir mustahil untuk tetap tidak tersentuh oleh “debunya.”

Bagaimana Riba Telah Mengambil Alih Ekonomi Modern

  1. Setiap Bank Beroperasi di Atas Riba
    • Hampir semua bank meminjamkan uang dengan bunga, mendapat untung dari utang.
    • Bahkan jika kamu tidak mengambil pinjaman berbasis bunga, tabunganmu sering digunakan oleh bank untuk memberikan pinjaman berbunga.
    • Sekadar menyimpan uang di bank biasanya sudah mendukung transaksi berbasis riba.
  2. Inflasi: Pajak Tak Terlihat bagi Semua Orang
    • Karena mata uang fiat diciptakan melalui utang, pemerintah meminjam uang dengan bunga dan mencetak lebih banyak jika perlu.
    • Hal ini menggembungkan jumlah uang yang beredar, menaikkan harga, dan menurunkan nilai tabunganmu.
    • Bahkan jika kamu tidak pernah meminjam, daya belimu menyusut karena siklus inflasi yang didorong oleh riba.
  3. KPR (Kredit Pemilikan Rumah) & Pinjaman: Menjebak Orang dalam Utang Seumur Hidup
    • Kebanyakan orang membutuhkan pinjaman berbasis bunga untuk pengeluaran besar seperti rumah, mobil, dan pendidikan.
    • Puluhan tahun bisa berlalu hanya untuk melunasi KPR yang biayanya jauh lebih mahal dari nilai sebenarnya rumah tersebut, karena bunga majemuk.
    • Sebagian besar masa kerja seseorang dihabiskan hanya untuk melayani utang-utang berbasis riba ini.
  4. Bisnis dan Pemerintah Tenggelam dalam Utang Berbasis Bunga
    • Perusahaan-perusahaan besar dan bahkan seluruh pemerintahan mengandalkan obligasi berbasis bunga untuk mendanai operasional mereka.
    • Pendapatan pajak seringkali digunakan untuk membayar kembali utang raksasa ini beserta bunganya.
    • Bahkan jika kamu secara pribadi menghindari riba, kamu tetap menanggung bebannya melalui pajak yang lebih tinggi, inflasi, dan kenaikan biaya hidup.

“Debu Riba”: Bagaimana Orang yang Tidak Bersalah pun Terkena Dampaknya

  • Toko Kelontong: Mungkin mengambil pinjaman berbunga untuk membeli stok barang, yang biayanya secara tidak langsung dibebankan kepada pelanggan.
  • Menyewa Rumah: Pemilik properti seringkali memiliki KPR berbunga, yang tercermin dalam harga sewa bulanan.
  • Layanan Pemerintah: Pajak membantu membayar utang negara, yang seringkali membawa kewajiban bunga yang cukup besar.
  • Tabungan dan Inflasi: Sekadar menabung di bank membuatmu terpapar inflasi, produk sampingan dari kebijakan moneter yang dipicu oleh riba.

Bahkan mereka yang tidak pernah secara langsung mengambil pinjaman berbasis bunga pun menghadapi biaya yang lebih tinggi, daya beli yang berkurang, dan tekanan utang sistemik, memenuhi peringatan Nabi lebih dari 1.400 tahun yang lalu.

Jalan ke Depan: Meminimalkan Paparan Riba

Meskipun menghindari riba secara total sangat sulit saat ini, setiap individu dapat mengambil langkah-langkah berarti untuk mengurangi ketergantungan padanya:

  1. Simpan Kekayaan dalam Aset Riil
    • Daripada hanya memegang mata uang fiat, pertimbangkan emas, properti, dan bisnis produktif yang mempertahankan nilai intrinsiknya.
    • Ini menjadi lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi yang terkait dengan pinjaman berbasis bunga.
  2. Gunakan Model Perbankan & Keuangan Syariah
    • Dukung lembaga yang menawarkan keuangan sesuai Syariah, hindari struktur berbasis bunga sedapat mungkin.
  3. Adopsi Kemitraan Bagi Hasil
    • Daripada meminjam dengan bunga, carilah usaha atau kesepakatan bisnis yang berbagi risiko dan imbal hasil secara adil.
  4. Minimalkan Ketergantungan pada Utang
    • Hiduplah sesuai kemampuan dan jauhi pinjaman yang memerlukan pembayaran berbasis riba, terutama untuk barang-barang yang tidak penting atau inflasi gaya hidup.

Kesimpulan: Terpenuhinya Sebuah Nubuat

Sabda Nabi Muhammad SAW memang telah terbukti di zaman kita—riba merasuki transaksi sehari-hari begitu menyeluruh sehingga tidak ada seorang pun yang sepenuhnya bebas dari dampaknya. Kita semua menanggung “debunya” melalui inflasi, pajak, dan siklus utang yang terjalin dalam sistem keuangan modern.

Namun, mengakui kenyataan ini adalah langkah pertama menuju perubahan yang berarti. Dengan kesadaran yang lebih besar akan dampak berbahaya riba, kita dapat membuat pilihan keuangan yang lebih bijaksana—memilih alternatif etis yang selaras dengan prinsip-prinsip Islam dan mempromosikan keadilan. Sebagaimana Al-Qur’an mengingatkan kita:

“Dan jika kamu bertaubat, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” Quran (2:279)

Dengan berjuang untuk membatasi keterlibatan kita dalam transaksi berbasis bunga, kita menjaga integritas moral dan kesejahteraan ekonomi, menempa jalan yang bermanfaat bagi diri kita sendiri, keluarga kita, dan generasi mendatang.