2  Sistem Ekonomi Saat Ini

Permainan yang Curang

Setiap hari, jutaan orang bangun tidur, berangkat kerja, dan berusaha memperbaiki keadaan finansial. Namun sekeras apa pun mereka bekerja, inflasi terus menggerogoti tabungan, hutang menumpuk, dan kebebasan finansial terasa semakin jauh.

Ekonomi dunia di permukaan terlihat sibuk, bank mengeluarkan pinjaman, pasar saham naik turun, bisnis berkembang. Tapi di balik semua itu tersembunyi sebuah permainan yang curang. Segelintir orang bisa dengan mudah menumpuk kekayaan luar biasa, sementara mayoritas justru tetap terjebak dalam lingkaran hutang, biaya hidup yang naik, dan ketidakpastian finansial.

Bagaimana kita sampai di sini? Mengapa terasa seolah-olah sekeras apa pun kita berusaha, sistem selalu menekan kita?

Bab ini akan mengungkap akar masalah dalam sistem keuangan modern, bagaimana uang fiat1, riba2 (bunga), dan kapitalisme yang eksploitatif menciptakan ekonomi yang hanya menguntungkan segelintir orang, sementara mayoritas dibiarkan bersusah payah tanpa henti. Dengan memahami permasalahan ini, kita bisa mulai mencari solusi nyata—yang bukan hanya membuat kita pribadi lepas dari permainan curang ini, tapi juga memberi fondasi ekonomi yang lebih adil untuk generasi berikutnya.

Apa Itu Uang?

Hampir semua orang menggunakan uang setiap hari, tapi jarang yang benar-benar bertanya: apa sebenarnya uang itu? Apakah hanya lembaran kertas di dompetmu, atau angka di rekening bank? Apa yang membuatnya berharga?

Tiga Fungsi Uang

Secara tradisional, uang memiliki tiga fungsi utama:

  1. Alat Tukar
    Uang memudahkan orang saling menukar barang dan jasa tanpa barter langsung. Daripada menukar seekor kambing dengan sejumlah beras, kamu cukup menggunakan uang.

  2. Satuan Hitung
    Uang memberikan cara standar untuk mengukur nilai. Misalnya, satu karung beras seharga Rp150.000, sementara sebuah motor seharga Rp15.000.000. Standarisasi harga ini membuat transaksi lebih efisien.

  3. Penyimpan Nilai
    Idealnya, uang bisa menjaga daya beli dari waktu ke waktu. Jika kamu menabung Rp1.000.000 hari ini, kamu berharap bisa membeli jumlah barang yang sama di masa depan.

Selama beabad-abad silam, emas dan perak dijadikan dasar uang karena memiliki nilai intrinsik. Satu koin emas nilainya sama di mana pun kita berada. Namun seiring waktu, pemerintah pemerintah mencari cara yang lebih mudah untuk memperluas ekonomi. Daripada rakyatnya membawa emas fisik untuk bertransaksi, para pemerintah ini memperkenalkan uang kertas yang berbasis cadangan emas.

Akhirnya, para pemerintah melepaskan basis emas sepenuhnya, menggantinya dengan uang fiat—uang yang nilainya ada hanya karena para pemerintah menetapkannya. Sistem ini memang membuat uang lebih mudah digunakan, tetapi juga memberi para bank sentral kekuasaan penuh untuk mencetak uang kapan saja.

Uang Fiat: Sistem yang Dibangun di Atas Inflasi dan Hutang

Uang fiat adalah uang yang dianggap sah oleh pemerintah, tetapi tidak lagi didukung oleh komoditas nyata seperti emas atau perak. Nilainya hanya ada karena orang percaya pada pemerintah yang mengeluarkannya.

Sistem ini mengubah aturan permainan uang:

  • Bank Sentral Mengendalikan Uang
    Pemerintah dan bank sentral bisa mencetak uang sesuka hati, memperluas jumlah uang beredar tanpa menambah kekayaan nyata.

  • Inflasi Menjadi Tak Terhindarkan
    Saat uang bertambah tanpa diiringi pertumbuhan barang dan jasa, harga-harga naik. Apa yang tahun lalu seharga Rp100.000 bisa jadi Rp110.000 tahun ini.

  • Pajak Tersembunyi atas Tabunganmu
    Inflasi perlahan-lahan menggerogoti nilai uang, bertindak sebagai pajak tersembunyi yang mencuri kekayaan penabung dan menguntungkan pihak yang bisa meminjam dengan bunga rendah—biasanya bank dan investor kaya.

  • Dorongan untuk Berhutang, Bukan untuk Menabung
    Karena uang fiat nilainya terus turun, orang terdorong untuk berinvestasi spekulatif atau berhutang agar bisa sekadar bertahan. Mereka yang menabung dalam bentuk tunai akan kehilangan daya belinya, sementara yang berhutang dengan bunga rendah justru diuntungkan.

Dalam sistem bebas riba, uang seharusnya merepresentasikan nilai nyata, berbasis aset yang berwujud nyata seperti emas, tanah, atau barang pokok. Tapi dalam sistem fiat, uang dibuat dari udara kosong, menghasilkan siklus ekonomi yang labil (“Boom and Bust”, ekstrim naik dan ekstrim turun atau krisis), dan hutang tanpa akhir.

Fractional Reserve Banking: Bagaimana System Perbankan Melipat-Gandakan Uang dari Udara Kosong

Masalah uang fiat makin parah ketika dipadukan dengan fractional reserve banking3.

Apa Itu Fractional Reserve Banking?

Dalam sistem yang adil, bank hanya meminjamkan uang yang benar-benar mereka miliki. Namun dalam sistem modern, bank meminjamkan jauh lebih banyak daripada simpanan yang mereka pegang, menciptakan uang yang sebenarnya tidak pernah ada.

Contoh sederhananya:

  1. Seseorang menyimpan Rp10.000.000 di bank.
  2. Bank hanya wajib menahan sebagian kecil (misalnya 10%) sebagai cadangan.
  3. Bank meminjamkan sisanya, Rp9.000.000, ke peminjam lain.
  4. Peminjam itu menyimpan Rp9.000.000 ke bank lain.
  5. Bank berikutnya menahan 10% (Rp900.000) lalu meminjamkan sisanya Rp8.100.000.

Siklus ini berulang, sehingga dari simpanan awal Rp10.000.000 bisa berkembang menjadi Rp100.000.000 lebih dalam bentuk pinjaman—uang yang sepenuhnya diciptakan dari udara kosong.

Bagaimana Fractional Reserve Banking Memperparah Masalah

Bukan hanya pencetakan uang yang menciptakan masalah, tapi cara bank menggandakan jumlah uang melalui fractional reserve. Ini membuat mereka mengeluarkan pinjaman jauh lebih besar daripada simpanan nyata.

  1. Penciptaan Uang Buatan Memicu Inflasi
    Setiap kali bank memberi pinjaman, mereka menciptakan uang baru tanpa menambah nilai ekonomi nyata. Lebih banyak uang mengejar jumlah barang yang sama berarti harga naik dan tabunganmu tergerus.

  2. Pertumbuhan Berbasis Hutang, Bukan Kekayaan Nyata
    Karena uang yang baru yang tercipta karena hutang (kredit) tersebut masuk kedalam ekonomi, pertumbuhan ekonomi jadi tergantung dengan jumlah kredit bukan dari kenaikan produktivitas rakyatnya. Kekayaan bukan lagi terkait tanah, sumber daya, atau tenaga kerja, tapi pada siklus pinjam-meminjam yang makin membesar.

  3. Krisis Keuangan Tak Terhindarkan
    Bank meminjamkan lebih banyak dari simpanan, membuat mereka rentan terhadap rush-money (penarikan simpanan massal). Saat kepercayaan runtuh, sistem bisa ambruk, seperti krisis finansial 2008.

  4. Ketergantungan Abadi pada Riba
    Karena bank untung dari bunga pinjaman, mereka terdorong untuk terus meminjamkan, menjebak individu, bisnis, bahkan pemerintah dalam hutang berbasis riba.

  5. Jurang Kaya-Miskin Melebar
    Orang kaya memiliki aset seperti saham, properti, dan bisnis yang nilainya naik karena inflasi. Sementara pekerja bergaji tetap dan orang miskin justru kehilangan daya beli. Inilah yang membuat jutaan orang tetap kesulitan, sementara segelintir orang menikmati keuntungan.

Kenapa Sulit Keluar dari Sistem Ini

Karena uang diciptakan melalui hutang, keluar dari sistem berbasis riba sangatlah sulit:

  • Jika kamu tidak mau berhutang, kamu tertinggal dalam ekonomi yang semua orangnya menggunakan kredit untuk membeli rumah, memulai usaha, atau investasi.
  • Jika kamu berhutang, kamu jadi budak cicilan yang membuatmu bekerja puluhan tahun hanya untuk melunasinya.
  • Sementara itu, inflasi membuat menabung dalam uang tunai tidak lagi masuk akal, karena nilainya terus turun.

Itulah sebabnya sekadar menghasilkan lebih banyak uang atau mengatur anggaran pribadi lebih ketat tidak cukup. Sistem ini memang dibuat agar orang tetap terjebak. Memahami kenyataan ini adalah langkah pertama untuk mencari jalan keluar—sebuah jalan yang menolak riba dan hutang yang termanipulasi dan curang.

Perangkap Riba: Bagaimana Bunga Memperbudak Manusia

Bayangkan kamu mengambil KPR (Kredit Pemilikan Rumah) 20 tahun sebesar Rp1 miliar dengan bunga 5%. Pada akhir masa pinjaman, kamu sudah membayar lebih dari Rp1,93 miliar—hampir dua kali lipat dari yang kamu pinjam. Jika telat bayar? Rumahmu bisa disita bank.

Inilah perangkap riba, sebuah sistem di mana pemberi pinjaman untung tanpa usaha, sementara peminjam bekerja berpuluh tahun hanya untuk melunasi hutang yang membuat mereka tetap terikat.

Masalahnya bukan hanya karena bank mengenakan bunga, tapi karena sistem finansial global, melalui fractional reserve banking, memastikan bahwa setiap pinjaman, kartu kredit, bahkan hutang pemerintah ikut memperbesar siklus ini. Semakin banyak orang berhutang, semakin banyak uang tercipta dari udara kosong, jumlah uang beredar bertambah, inflasi meningkat, dan semakin banyak orang dipaksa berhutang lagi. Lingkaran ini tidak ada habisnya.

Nabi Muhammad (SAW) sudah memperingatkan:

“Akan datang suatu masa ketika tidak ada seorang pun yang luput dari riba. Siapa yang tidak secara langsung mengonsumsinya, tetap akan terkena debunya.” (HR. Abu Dawud 3331)

Hari ini, riba ada di mana-mana:

  • KPR (Kredit Pemilikan Rumah) menjerat orang dalam siklus 30 tahun pembayaran.
  • Pinjaman pendidikan membuat anak muda terikat hutang selama puluhan tahun.
  • Kartu kredit mengenakan bunga yang tumbuh lebih cepat daripada kemampuan bayar.

Bahkan pemerintah ikut terjebak. Saat hutang negara membengkak, seluruh rakyat dipaksa menanggung beban melalui pajak lebih tinggi dan penghematan anggaran.

Kenapa Ini Penting: Krisis Spiritual dan Praktis

Memahami bahwa sistem ini curang bukan hanya soal keuangan, tapi juga menyangkut integritas, kesejahteraan masyarakat, dan ketenangan jiwa.

  1. Beban Spiritual
    Terlibat transaksi riba bisa menimbulkan konflik batin, rasa bersalah, cemas, atau kompromi moral.

  2. Perbudakan Materi
    Kebanyakan orang menghabiskan hidupnya membayar hutang berbunga, membatasi kemampuan mereka untuk bertumbuh atau berkontribusi bagi komunitas.

  3. Ketidakadilan Sosial
    Saat kekayaan hanya terkonsentrasi di atas, kemiskinan dan keputusasaan meningkat, menciptakan ekonomi di mana yang kaya makin kaya, sementara yang miskin makin tertekan.

Menyadari permainan curang ini adalah langkah pertama menuju perubahan. Jika kita bisa memahami bahwa inti permasalahannya adalah uang fiat yang dicetak berlebihan, hutang berbasis riba, dan inflasi sebagai pajak tersembunyi, maka kita bisa mulai membangun alternatif yang benar-benar membawa kemakmuran.

Melangkah ke Depan

Dengan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana sistem ekonomi modern menjerat manusia, sekarang kamu siap menjelajahi jalan bebas riba. Bab-bab berikut akan menjelaskan:

  • Bagaimana cara melindungi aset dari inflasi dan jebakan riba.
  • Bagaimana cara berinvestasi secara etis dalam kemitraan yang adil dan produktif.
  • Bagaimana cara berbagi harta dengan bijak, menciptakan ekonomi yang bermanfaat bagi semua, bukan hanya bagi para elit.

Lepas dari riba bukan sekadar soal kebebasan pribadi, tapi tentang membangun sistem yang menguatkan komunitas. Langkah selanjutnya adalah mempelajari strategi praktis untuk mencapai kebebasan finansial tanpa mengorbankan nilai-nilai kita.

Kalau sistem memang dibuat untuk menjebakmu, maka ilmu adalah senjata terkuatmu. Bab-bab berikut akan menunjukkan bagaimana cara mengambil kendali—menyimpan harta dengan aman, berinvestasi tanpa riba, dan membangun keamanan finansial yang berlandaskan keadilan dan aset nyata.

Tarik napas dalam-dalam—perjalanan ini dimulai sekarang.


  1. Lihat Lampiran A: Sejarah Uang Fiat Modern↩︎

  2. Lihat Lampiran C: Realitas Modern dari Peringatan Nabi tentang Riba↩︎

  3. Lihat Lampiran B: Cara Kerja Fractional Reserve Banking↩︎