
Lampiran A — Sejarah Mata Uang Fiat Modern
Kisah tentang mata uang fiat modern—dan bagaimana ia mendominasi ekonomi di seluruh dunia—membantu kita memahami mengapa harga terus naik dan mengapa uang kita terasa semakin sedikit nilainya dari waktu ke waktu. Dengan melihat bagaimana mata uang kehilangan dukungan emasnya dan bagaimana dolar AS menjadi tolok ukur global, kita dapat melihat bagaimana sistem saat ini membuat orang biasa terpapar inflasi dan risiko tersembunyi. Berikut adalah tinjauan singkatnya.
Emas sebagai Fondasi Awal
Selama berabad-abad, banyak mata uang utama terikat langsung pada emas (atau perak). Sebuah pemerintah akan menerbitkan uang kertas, tetapi secara teori kamu bisa menukarkan uang kertas itu dengan sejumlah emas yang ditentukan. Pengaturan ini menempatkan batasan alami pada seberapa banyak uang yang bisa dicetak: jika sebuah pemerintah mencoba menciptakan lebih banyak kertas daripada yang bisa didukung oleh cadangan emasnya, ia akan berisiko mengalami penarikan dana besar-besaran atau runtuhnya kepercayaan terhadap mata uangnya.
- Stabilitas: Karena pasokan emas hanya meningkat secara bertahap, uang kertas yang terkait dengan emas cenderung mempertahankan nilainya dengan lebih stabil.
- Kepercayaan: Warga negara mempercayai mata uang tersebut, mengetahui bahwa itu dapat ditukarkan dengan logam mulia jika mereka menginginkan nilai “keras” di tangan.
Kebangkitan Dolar AS dan Akhir Standar Emas
Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan ekonomi dunia. Perjanjian Bretton Woods (1944) menetapkan sebuah sistem di mana banyak mata uang dipatok pada dolar AS, dan dolar itu sendiri dipatok pada emas dengan harga $35 per ons. Hal ini membuat dolar sangat menarik secara global: jika kamu memegang dolar, pada dasarnya kamu memegang klaim atas emas dengan kurs yang stabil.
Dolar sebagai Mata Uang Cadangan Dunia
- Negara-negara menggunakan dolar AS untuk perdagangan internasional, terutama untuk komoditas penting seperti minyak.
- Bank sentral negara lain menyimpan sejumlah besar dolar dalam cadangan mereka, menjadikan mata uang AS sebagai jangkar bagi keuangan global.
Nixon Mengakhiri Konvertibilitas Emas (1971)
- Seiring waktu, AS mencetak lebih banyak dolar daripada yang bisa didukung oleh cadangan emasnya secara realistis. Dihadapkan dengan inflasi yang meningkat dan pemerintah asing yang ingin menukar dolar mereka dengan emas Amerika, Presiden Richard Nixon mengumumkan pada tahun 1971 bahwa AS tidak akan lagi menukarkan dolar dengan emas.
- Hal ini secara efektif mengakhiri standar emas. Dolar menjadi mata uang fiat—didukung bukan oleh logam mulia tetapi oleh deklarasi pemerintah AS dan kepercayaan dunia yang berkelanjutan.
- Efeknya adalah kenaikan dramatis harga emas, yang naik dari $35 per ons menjadi puncaknya $2785 pada akhir tahun 2024, kenaikan sekitar 7857%. (Lihat Gambar A.1).

Mata Uang Fiat Saat Ini: Dominasi USD dan Mata Uang Lokal
Dengan hilangnya kaitan utama dolar dengan emas, sebagian besar negara mengikuti dan membiarkan mata uang mereka “mengambang”—yaitu, dinilai berdasarkan penawaran, permintaan, dan kondisi ekonomi, bukan kurs logam tetap. Banyak negara, termasuk Indonesia, tetap menyimpan cadangan signifikan dalam dolar AS, yang secara efektif mendukung mata uang mereka sendiri dengan dolar AS daripada emas.
- IDR (Rupiah Indonesia) sebagai Contoh
- Seperti kebanyakan mata uang global, rupiah tidak lagi terikat pada emas. Nilainya dipengaruhi oleh kebijakan moneter Bank Indonesia dan pasar mata uang internasional. Stabilitas rupiah sebagian dapat bergantung pada berapa banyak dolar yang dimiliki negara dalam cadangan.
- Jika dolar AS menguat atau jika lebih banyak rupiah dicetak tanpa pertumbuhan ekonomi yang setara, IDR melemah, menyebabkan harga lokal naik.
Efek Sehari-hari dari Uang yang Tidak Didukung Emas
Karena pemerintah dan bank sentral dapat mencetak uang sesuka hati (secara digital atau fisik), mata uang kertas mengalami inflasi—kenaikan harga secara bertahap. Ketika lebih banyak uang mengejar barang yang sama, setiap unit mata uang kehilangan daya beli. Bagi orang biasa:
- Biaya Hidup Meningkat: Bahan makanan, perumahan, pendidikan, dan kesehatan semuanya cenderung menjadi lebih mahal dari waktu ke waktu.
- Erosi Tabungan: Uang yang disimpan di rekening bank atau di bawah kasur perlahan-lahan kehilangan nilainya jika suku bunga tidak sejalan dengan inflasi.
- Ketergantungan pada Stabilitas Fiat: Di masa krisis (resesi, gejolak politik), kepercayaan terhadap mata uang fiat dapat turun dengan cepat, mengikis kekayaan hampir dalam semalam jika inflasi atau devaluasi mata uang lepas kendali.
Mengapa Aset Berwujud Penting
Karena pemerintah tidak lagi membatasi diri untuk hanya mencetak uang kertas sebanyak yang diizinkan oleh cadangan emas mereka, mata uang rentan terhadap penerbitan berlebihan dan depresiasi. Itulah mengapa banyak ahli keuangan—termasuk mereka yang mencari pendekatan bebas riba—memperingatkan orang untuk menyimpan setidaknya sebagian dari kekayaan mereka dalam aset riil yang berwujud. Contoh umum adalah:
Emas dan Perak
- Secara historis digunakan sebagai uang selama ribuan tahun, diakui secara global sebagai penyimpan nilai.
- Cenderung mempertahankan daya beli lebih baik daripada mata uang kertas, terutama di saat ketidakpastian ekonomi atau inflasi tinggi.
Properti
- Tanah dan properti seringkali (tetapi tidak selalu) nilainya meningkat dalam jangka panjang, seiring pertumbuhan populasi meningkatkan permintaan.
- Aset fisik kurang rentan terhadap devaluasi mendadak dibandingkan dengan mata uang yang bisa dicetak begitu saja.
Barang Kebutuhan Pokok (misalnya, Beras, Minyak Goreng)
- Dalam beberapa model keuangan berbasis komunitas, menyimpan atau berinvestasi dalam barang konsumsi dasar dapat menjadi lindung nilai terhadap kenaikan harga.
- Barang yang selalu dibutuhkan orang memiliki permintaan intrinsik dan dapat diperdagangkan atau ditukarkan tanpa bergantung pada bursa fiat yang tidak stabil.
Sebuah Peringatan dan Tips Praktis
- Nilai Campuran Asetmu: Meskipun kamu membutuhkan sejumlah likuiditas (uang tunai untuk pengeluaran sehari-hari), menyimpan terlalu banyak mata uang fiat dapat membuatmu terpapar risiko inflasi.
- Diversifikasi: Alokasikan sebagian dari tabunganmu ke emas, perak, atau aset berwujud lainnya yang secara historis tidak kehilangan nilai secepat saat mata uang melemah.
- Tetap Terinformasi: Pantau tren inflasi, kebijakan bank sentral, dan peristiwa ekonomi global. Pengetahuan membantumu mengantisipasi pergeseran dan melindungi kekayaanmu.
Kesimpulan
Pergeseran dari uang yang didukung emas ke mata uang fiat—yang didominasi oleh dolar AS—secara fundamental membentuk kembali ekonomi global. Meskipun memberikan fleksibilitas kepada pemerintah, hal itu membuat orang biasa rentan terhadap inflasi dan devaluasi mata uang. Dengan memahami bagaimana sistem ini berevolusi dan mengapa mata uang tidak lagi bergantung pada cadangan logam mulia, kamu dapat melindungi dirimu dengan lebih baik.
Pertimbangkan untuk menyimpan sebagian dari tabunganmu dalam aset riil yang berwujud seperti emas atau komoditas penting untuk melindungi nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian moneter. Peringatan ini sangat relevan di dunia di mana riba (bunga) memperbesar beban utang dan di mana bank sentral dapat menyuntikkan lebih banyak uang ke dalam sirkulasi dalam sekejap. Menyadari mekanisme ini memberdayakanmu untuk membuat keputusan keuangan yang lebih bijaksana dan menjaga nilai sebenarnya dari kekayaan yang telah kamu peroleh dengan susah payah.