Lampiran B — Cara Kerja Perbankan Cadangan Fraksional (Fractional Reserve Banking)
Catatan: Bagian ini dibangun di atas wawasan dari Lampiran A: Sejarah Mata Uang Fiat Modern, yang menjelaskan mengapa uang kertas modern tidak memiliki dukungan logam mulia. Di bawah ini, kita akan fokus pada perbankan cadangan fraksional (fractional reserve banking)—proses yang memungkinkan bank menciptakan sebagian besar uang yang beredar, seringkali dari udara kosong. Praktik ini membentuk cara orang meminjam, membelanjakan, dan jatuh ke dalam siklus utang.
Apa Itu Perbankan Cadangan Fraksional?
Perbankan cadangan fraksional berarti bahwa ketika kamu menyetor uang ke bank, bank hanya diwajibkan untuk menyimpan sebagian kecil dari depositomu di brankasnya (atau “cadangan” (reserves)). Sisanya dipinjamkan kepada orang atau bisnis lain. Misalnya, jika sebuah bank harus menyimpan 10% dari simpanan sebagai cadangan, maka dari deposit sebesar Rp 1.000.000, bank dapat meminjamkan Rp 900.000.
Tapi tidak berhenti di situ: orang yang meminjam Rp 900.000 itu seringkali menyetorkannya kembali ke rekening bank lain—mungkin di bank yang sama atau yang berbeda. Bank kedua itu kemudian menyimpan 10% dari Rp 900.000 tersebut (yaitu, Rp 90.000) sebagai cadangan dan meminjamkan sisa Rp 810.000 kepada peminjam lain. Siklus ini berulang berkali-kali. Akibatnya, sistem perbankan secara keseluruhan menciptakan uang jauh lebih banyak daripada yang awalnya disetorkan.
Poin Kunci:
Bank tidak mencetak uang kertas secara fisik; ia hanya memperbarui saldo di komputer. Namun, ia bertindak seolah-olah “uang baru” ini ada. Inilah salah satu alasan mengapa jumlah total dolar dalam sirkulasi digital jauh melebihi mata uang fisik yang sebenarnya.
Bagaimana Uang Diciptakan “dari Udara Kosong”
Banyak orang berpikir hanya pemerintah yang mencetak uang. Meskipun pemerintah memang memproduksi uang tunai fisik, bank komersial menghasilkan sebagian besar jumlah uang beredar melalui pinjaman. Berikut adalah contoh sederhana:
- Kamu Menyetor Rp 100.000.000
- Bankmu menyimpan, katakanlah, Rp 10.000.000 sebagai cadangan (10%) dan meminjamkan Rp 90.000.000.
- Seseorang Meminjam Rp 90.000.000
- Mereka menggunakannya, misalnya, sebagai bagian dari pembelian rumah. Penjual menerima Rp 90.000.000, menyetorkannya di tempat lain, dan simpanan itu kembali tersedia sebagian untuk dipinjamkan.
- Pinjaman Berlipat Ganda
- Setiap kali uang disetorkan kembali, pinjaman baru dapat dikeluarkan dikurangi sebagian kecil yang disimpan sebagai cadangan. Setelah beberapa putaran, setoran awalmu sebesar Rp 100.000.000 secara teoretis dapat mendukung hingga Rp 1.000.000.000 (1 Miliar) dalam bentuk pinjaman.
Jadi, meskipun kamu melihat Rp 100.000.000 di rekening tabunganmu, sebagian dari setoran itu telah dipinjamkan kepada banyak peminjam. Hasilnya adalah jumlah uang beredar yang berlipat ganda—entri digital yang hanya ada di komputer bank. Inilah alasan utama mengapa bank rentan terhadap Penarikan Dana Besar-Besaran (Bank Runs).
Penarikan Dana Besar-Besaran (Bank Runs)
“Bank run” terjadi ketika banyak deposan, karena takut bank akan gagal, bergegas menarik uang mereka sekaligus. Karena bank hanya memegang sebagian kecil dari simpanan sebagai cadangan, mereka tidak dapat langsung mengembalikan semua dana jika terlalu banyak nasabah yang menarik. Kepanikan ini dapat menyebar ke lembaga lain dan menciptakan gejolak sistemik, yang mencerminkan kerapuhan inheren dari model cadangan fraksional. Begitu kepercayaan terkikis, bahkan bank yang sehat pun dapat menghadapi bank run jika deposan percaya mereka mungkin kehilangan akses ke uang mereka. Langkah-langkah mitigasi termasuk asuransi simpanan dan intervensi bank sentral untuk meyakinkan publik dan menjaga stabilitas.
Membeli Rumah: Ilustrasi Dunia Nyata
Bayangkan kamu membeli rumah seharga Rp 3.000.000.000 (3 Miliar), dan kamu pergi ke bank lokal untuk mengajukan KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Jika bank memutuskan kamu adalah kandidat yang baik:
- Persetujuan Pinjaman
- Kamu menandatangani surat-surat, dan bank mengreditkan rekeningmu dengan Rp 3.000.000.000. Bank tidak serta-merta memiliki Rp 3.000.000.000 di brankas hanya untukmu; ia hanya perlu menyimpan sebagian kecil sebagai cadangan berdasarkan peraturan.
- Uang Beredar
- Kamu membayar pemilik rumah sebesar Rp 3.000.000.000. Pemilik rumah kemudian menyetorkan jumlah ini ke rekening mereka (baik di bank yang sama atau lembaga yang berbeda). Dari sana, siklus berlanjut: bank yang menerima setoran Rp 3.000.000.000 diizinkan untuk meminjamkan sebagian besarnya lagi.
- Jumlah Uang Beredar yang Menggelembung
- Karena pinjamanmu sebesar Rp 3.000.000.000 kini telah “diciptakan”, jumlah uang beredar secara keseluruhan bertambah. Uang ini, ditambah bunga, diharapkan akan dibayar kembali kepada bank dari waktu ke waktu.
Bagimu, ini mungkin terasa normal: “Aku baru saja mendapat KPR.” Tetapi dari perspektif sistem secara keseluruhan, tambahan Rp 3.000.000.000 secara efektif telah diciptakan oleh ketukan tombol di bank.
Mengapa Tidak Pernah Ada Cukup Uang untuk Membayar Semua Bunga
Konsekuensi utama dari sistem ini adalah bahwa jumlah total utang selalu melampaui uang yang sebenarnya beredar. Inilah alasannya:
- Bank menciptakan pokok utang (principal) (jumlah pinjaman awal) dari udara kosong.
- Namun, bunga (interest) juga dikenakan, tetapi bunga itu tidak diciptakan dengan cara yang sama.
- Secara kolektif, para peminjam berutang lebih banyak uang (pokok + bunga) daripada yang sebenarnya disediakan oleh sistem.
- Akibatnya, para peminjam—individu, bisnis, atau bahkan pemerintah—harus terus mengambil pinjaman baru untuk membayar utang lama ditambah bunga. Inilah sebabnya mengapa banyak yang merasa seperti berada di treadmill keuangan: bekerja keras hanya untuk mengimbangi pembayaran yang berkelanjutan, atau berisiko kehilangan aset riil jika mereka tertinggal.
Seiring waktu, jika seseorang gagal membayar KPR atau kredit mobilnya, bank dapat menyita properti berwujud—kekayaan dunia nyata—untuk memulihkan apa yang pada dasarnya adalah sejumlah uang yang diciptakan secara digital.
Dampak pada Kehidupan Sehari-hari
Bagi kebanyakan orang, efeknya halus namun signifikan:
- Tekanan Utang
- Keharusan untuk terus meminjam berarti keluarga biasa seringkali harus mengelola banyak pinjaman: KPR, pembiayaan mobil, kartu kredit. Pembayaran bunga menggerogoti anggaran bulanan mereka.
- Kebutuhan Pertumbuhan Tanpa Akhir
- Ekonomi harus terus berkembang (mengkonsumsi, memproduksi) untuk melayani utang. Saat resesi, terjadi PHK dan orang tidak bisa membayar kembali pinjaman, berisiko gagal bayar massal dan penyitaan aset.
- Kehilangan Aset
- Jika peminjam tidak dapat memenuhi pembayaran bunga plus pokok bulanan, mereka bisa kehilangan rumah, mobil, atau tanah mereka—meskipun uang itu awalnya diciptakan tanpa dukungan berwujud.
Mengapa Memilih Aset Riil yang Berwujud
Seperti yang kami jelaskan di Lampiran A: Sejarah Mata Uang Fiat Modern, hanya mengandalkan uang yang diciptakan bank membuatmu bergantung pada inflasi dan utang yang terus meningkat. Salah satu langkah perlindungan adalah mengubah sebagian tabunganmu menjadi aset riil yang berwujud. Contohnya termasuk:
- Emas dan Perak: Diakui secara historis sebagai penyimpan nilai yang stabil yang tidak bergantung pada kebijakan bank atau cadangan fraksional.
- Properti atau Tanah: Meskipun lebih mahal, aset ini dapat nilainya meningkat seiring waktu dan memiliki kegunaan intrinsik.
- Barang Kebutuhan Pokok: Dalam model bebas riba berbasis komunitas tertentu, menyimpan komoditas penting (misalnya, beras) dapat menjadi lindung nilai terhadap devaluasi mata uang.
Dengan melakukan diversifikasi di luar uang kertas atau digital semata, kamu mengurangi risiko kehilangan segalanya jika utang menumpuk, biaya bunga melonjak, atau nilai mata uang turun.
Kesimpulan
Perbankan cadangan fraksional memungkinkan bank komersial untuk menciptakan uang melalui pinjaman yang jauh melebihi simpanan sebenarnya yang mereka miliki sebagai cadangan. Meskipun ini mendorong kegiatan ekonomi, ini juga menggelembungkan jumlah total uang yang terutang (pokok ditambah bunga) melampaui apa yang ada secara fisik, menekan peminjam untuk terus membayar atau berisiko kehilangan aset riil.
Bagi individu biasa, ini bisa terasa seperti pengejaran tanpa akhir untuk tetap di depan pembayaran bunga. Menyadari bagaimana uang baru diciptakan oleh bank komersial—dan kerentanan yang ditimbulkannya—dapat memandumu menuju kebiasaan keuangan yang lebih aman. Dengan menabung dalam aset riil seperti emas, perak, atau properti, kamu melindungi sebagian kekayaanmu dari jebakan inflasi cadangan fraksional dan sistem yang didorong oleh riba, membuka jalan menuju keamanan finansial dan ketenangan pikiran yang lebih besar.